01 April, 2015

Makalah Kitab Imam Tirmidzi
Oleh : Dani M Ramdani
Institut PTIQ JAKARTA



PENDAHULUAN
Al-Hadis merupakan sumber pedoman kedua bagi umat Islam setelah kitab suci al-Qur’an. Sebagai pedoman umat Islam, hadis perlu dikaji lebih dalam, karena keotentikannya dan kebenarannya masih belum bisa dikatakan benar secara keseluruhannya bersumber dari Nabi SAW secara langsung. Sehingga memerlukan suatu penelitian yang tidak ringkas untuk mengetahui kualitas ke-shahih-an suatu hadis.
Salah satu mukharrij al-hadis yang terkenal adalah Imam al-Tirmidzi, seorang atba’ atba’ al-tabi’in dan juga seorang ulama besar dalam bidang hadis dan fiqih. Istilah shahih, hasan dan dha’if dalam hal klasifikasi hadis telah dimulai sejak zamannya. Padahal sebelumnya, ulama hadis hanya mengklasifikasikan hadis pada dua kategori saja, yaitu hadis shahih dan hadis dha’if. Pengklasifikasian hadis oleh Imam al-Tirmidzi dengan menggunakan kategori hadis hasan telah membuka wacana baru dalam perbincangan ulama hadis sesudahnya.
Dengan demikian, menarik kiranya jika penyusun mengulas lebih dalam, baik itu yang berkaitan dengan Imam al-Tirmidzi maupun kitab populernya Kitab al-Jami’ al-Shahih atau lebih dikenal dengan Sunanal-Tirmidzi.








PEMBAHASAN


HASIL KARYA IMAM AT-TIRMIDZI

  1.       Penamaan Kitab
Judul lengkap kitab al-Jami’ al-Shahih adalah al-Jami’ al-Mukhtashar min al-Sunan ‘an Rasulillah Shallallahu ‘alahi wa Sallam wa Ma’rifat al-Shahih wa al-Ma’lul wa Ma’ ‘alaihi al-‘Amal.[1]
Meski demikian kitab ini lebih popular dengan nama al-Jami’ al-Tirmidzi atau Sunan al-Tirmidzi. Untuk kedua penamaan ini tampaknya tidak dipermasalahkan oleh ulama. Adapun yang menjadi pokok perselisihan adalah ketika kata-kata shahih melekat dengan nama kitab. Al-Hakim (w. 405 H) dan al-Khatib al-Baghdadi (w. 483 H) tidak keberatan menyebut dengan Shahih al-Tirmidzi atau al-Jami’ al-Shahih.
Berbeda dengan Ibn Katsir (w. 774 H) yang menyatakan pemberian nama itu tidak tepat dan terlalu gegabah, sebab di dalam kitab al-Jami’ al-Tirmidzi tidak hanya memuat hadis shahih saja, akan tetapi memuat pula hadis-hadis hasandha’if dan munkar, meskipun al-Tirmidzi selalu menerangkan kelemahannya, ke-mu’alal-annya dengan ke-munkar-annya.
Dalam kitabnya, al-Tirmidzi tidak meriwayatkan hadis, kecuali hadis yang diamalkan oleh fuqaha’, kecuali dua hadis, yaitu:
أن النبى صلى الله عليه وسلم جمع بين الظهر والعصر بالمدينة والمغرب والعشاء من غير خوف ولا سفر ولا مطر[2]
“Sesungguhnya Rasulullah menjama’ Shalat Zuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’, tanpa adanya sebab takut, dalam perjalanan, dan tidak pula karena hujan”.
إذا شرب الخمر فاجلدوه فإن ماد فى الرابعة فاقتلوه
“Apabila seseorang minum khamar, maka deralah ia, dan jika ia kembali minum khamar pada yang keempat kalinya maka bunuhlah ia”.
Hadis pertama, menerangkan tentang men-jama’ shalat. Para ulama tidak sepakat untuk meninggalkan hadis ini, dan boleh hukumnya melakukan shalat jama’ di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Demikian pendapat Ibn Sirin serta sebagian ahli fiqih dan ahli hadis.
Hadis kedua, menerangkan bahwa peminum khamar akan dibunuh jika mengulangi perbuatannya yang keempat kalinya. Hadis ini menurut al-Tirmidzi dihapus oleh ijma’ ulama. Dengan demikian dapat dipahami maksud al-Tirmidzi mencantumkan hadis tersebut, adalah untuk menerangkan ke-mansukh-an hadis, yaitu telah di-mansukh dengan hadis riwayat al-Zuhri dari Qabisah bin Zawaib dari Nabi, yang menerangkan bahwa peminum khamar tersebut dibawa kepada Rasul. Kemudia Rasul SAW. Memukulnya dan bukan membunuhnya.
2.      Metode Kitab Sunan At-Tirmidzi

Imam Al-Tirmidzi  adalah sorang penulis yang terkenal Diantara karya-karya Imam Al-Tirmidzi adalah :
 Karyanya yang terkenal dengan Sunan Imam Al-Tirmidzi yang menghimpun 3.956 buah hadits. [3] Di dalam kitab Sunan atau Al Jami’ At-Tirmidsi, ia mengklasifikasikan kualitas hadits menjadi shahiah, hasan, dan da’if. Buku inilah yang menjadi sumber utama hadits hasan.[4]
Kitab hadits ini dikatakan kitab Sunan adalah karena Kitab Hadis yang disusun mengikuti tertib fiqh yang bermula dengan bab Taharah, sembahyang dan  seterusnya. Walaubagaimanapun di dalam kitab sunan sendiri tidak hanya memuat tentang hukum-hukum normative, tetapi ada juga perkara-perkara lain yang dibincangkan. Seperti contoh kitab Sunan lainnya ialah: Sunan al-Nasai’e, Sunan Ibn Majah, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Daruqutni, Sunan Abi Ali bin al-Sakan dan lain-lain.
Kitab ini mempunyai ciri khas yaitu adanya pembahasan tentang rijal hadits dan isnad, adanya penyampaian pendapat imam mazhab dan diantaranya dilengkapi dengan penjelasannya, Imam Al-Tirmidzi juga menjelaskan perselisihan pendapat mazhab kemuadian mencoba memilihnya dengan menggunakan dasar hadits yang dikuasainya.
2.    Al-‘Illat
3.    Asy Syama’il Wa Al Kuna
4.    At-Tarikh
5.    Az-Zuhud

3.      Contoh Hadits
Contoh hadits yang diriwayat oleh Imam Al-Tirmidzi adalah :
وخلفه في بعض مغا زيه فقا له علي يا ر سول الله تخلفني مع النساء والصبيا فقا ل رسو ل  الله صلي الله عليه وسلم : ا ما تر ضي ان تكون مني بمنز لة هارون من موس الا انه لا نبوة بعد ى.


Artinya : “Dan meninggalkan Nabi Muhammad Saw. Akan ia(Saidina ‘Ali Kw) di salah satu perperangan, maka berkata ‘Ali kepada Nabi : kenapakah tuan tinggalkan saya di kampong bersama wanita dan anak-anak ?
Nabi menjawab : Hai  ‘Ali, apakah engkau tidak suka bahwa engkau sama dengan Nabi Harun di banding Nabi Musa ? tetapi awas! Nabi dan kenabian tidak ada lagi sesudah aku.”
(Sahih Tirmidzi, jilid XIII, halaman 171)

Keterangan :  Hadits ini mengisahkan  ketika nabi hendak pergi ke perperangan Tabuk pada tahun 9 hijriyah, yang mana ketika itu beliau meninggalkan Sayidina ‘Ali di madinah untuk menjaga ahli family Nabi.
Saidina ‘Ali Kw. Agak marah karena tidak pantas seorang pahlawan yang gagah berani seperti Ia di tinggalkan hanya untuk menjaga wanita dan anak-anak, yang dapat di kerjakan oleh orang-orang lemah dan tidak kuat.
Nabi mengatakan kepada Saidina ‘Ali,sebagai pembujuknya, bahwa derajatnya sama dengan Nabi Harun disbanding Nabi Musa, karena Nabi Harun di tinggalkan oleh Nabi Musa di kampong ketika beliau pergi munajat ke bukit Thursina.
Tetapi menegaskan kesamaannya dengan nabi Harun bukanlah dalam kenabian, karena Nabi dan kenabian tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad Saw.
Dari hadits ini dapat dapat dipetik hukum-hukum yaitu :
1.      Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad Saw.
2.      Nabi dan kenabian tidak lagi.
3.      Faham yang mengatakan bahwa Mirza Gulam Ahmad di Anggap Nabi, adalah salah dan sesat, menentang hadits ini.
4.      Faham dari sebagian kaum Syi’ah yang mengatakan bahwa Saidina ‘Ali sebagai Imam mereka masih menerima wahyu dari tuhan adalah faham yang salah pula.[5]

4. Kualitas Hadisnya
Karena kitab al-Tirmidzi banyak memuat hadis hasan, maka membuat kitab tersebut populer dengan kitab hadis hasan itu. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai hadis hasan itu, termasuk guru-guru maupun murid-murid al-Tirmidzi, karena al-Tirmidzi tidak memberi definisi yang pasti, terlebih al-Tirmidzi menggabungkan dengan istilah yang beraneka ragam, seperti: hadis hasan shahihhasan gharib, dan hasan shahih gharib.
Namun, satu hal yang tetap perlu dicatat, adalah kerja besar al-Tirmidzi dalam mengukir sejarah tentang pembagian hadis menjadi hadis shahihhasan, dan dha’if, yang sebelumnya adalah hadis shahih dandha’if. Imam al-Nawawi dalam kitab Taqrib yang disyaratkan oleh al-Suyuti mengatakan: “Kitab al-Tirmidzi adalah asal untuk mengetahui hadis hasan, ialah yang memasyhurkannya, meskipun sebagian ulama dan generasi sebelumnya telah membicarakannya secara terpisah”.
Senada dengan Imam al-Nawawi, Imam Taqiyuddin Ibn Taimiyyah juga menjelaskan: “Abu Isa al-Tirmidzi dikenal sebagai orang pertama yang membagi hadis menjadi shahihhasan dan dha’if, yang tidak diketahui oleh seorang pun tentang pembagian itu sebelumnya. Abu Isa telah menjelaskan yang dimaksud dengan hadis hasan itu ialah hadis yang banyak jalannya, perawinya tidak dicurigai berdusta, dan tidak syaz“.
Dilihat dari segi kuantitatif dan kualitatif nilai hadis dari kitab al-Jami’ al-Shahih yang berjumlah 3956 buah hadis itu sebagai berikut:[6]
  1. Hadis shahih
158 buah
  1. Hasan shahih
1.454 buah
  1. Shahih gharib
8 buah
  1. Hasan shahih gharib
254 buah
  1. Hasan
705 buah
  1. Hasan gharib
571 buah
  1. Gharib
412 buah
  1. Dha’if
73 buah
  1. Tidak dinilai dengan jelas
344Ah
4.      Sistematika Kitab Al-Jami’ al-Shahih
Kitab al-Jami’ al-Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih, dari bab thaharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fadha’il dan lain-lain. Dengan kata lain al-Tirmidzi dalam menulis hadis dengan mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi sekarang (modern), yakni Ahmad Muhammad Syakir (sebagai Qadhi Syar’i), Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim ‘Adwah ‘Aud (sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo Mesir).
Secara rinci sistematika kitab al-Jami’ al-Shahih akan dijelaskan sebagai berikut:
  • Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah dan Shalat yang meliputi 184 bab 237 hadis.
  • Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah, Idayn dan Safar, meliputi 260 bab dan 355 hadis.
  • Juz III terdiri dari kitab Zakat, Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’, Thalaq dan Li’an, Buyu’ dan al-Ahkam, meliputi 516 bab dan 781 hadis.
  • Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id, Dahi, Siyar, Fadhilah Jihad, Libas, Ath’imah, Asyribah, Birr wa Shilah, al-Thibb, Fara’id, Washaya, Wali dan Hibbah, Fitan,al-Ra’yu, Syahadah, Zuhud, Qiyamah, Raqa’iq dan Wara’, Jannah dan Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadis.
  • Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al-Nisa’, Fadha’il al-Qur’an, Qira’ah, Tafsir al-Qur’an, Da’awat, Manaqib, yang meliputi 474 bab dan 773 hadis, di tambah tentang pembahasan ‘Ilal.[7]
5.      Kitab syarah Sunan Tirmidzi

a)         Aridatul Ahwadzi fi syarah sunan At tirmidzi karya Al Imam hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdillah Al Syabili/ imam Ibnul Al Arabi Al maliki
b)        Qutul maghtazi Al Jami At Tirmidzi karya Imam Al Hafidz Jalaludin As Suyuti
c)         Tuhfatul Ahmadzi Sunan At Tirmidzi karya Syaikh Abu Al Ula muhammad Abdur rahman Bin Abdurrahim Al Mubarak Furi.

6.      Ciri khas yang tidak ada di kitab lain

1)      Pencantuman riwayat dari sahabat lain mengenai masalah yang dibahas dalam hadis pokok, baik yang isinya semakna ataupun berbeda bahkan yang bertentangan ssama selaki baik yang secara langsung maupun tidak langsung.
2)      Tirmidzi banyak mencatat perbedaan pendapat dikalangan Fukaha tentang istinbat hadis pokok dan menyebutkanbeberapa hadis yang berbeda dalam hal itu serta memberikan penilaiannya.
3)      Nilai hadis yang dimuat disebutkan dengan jelas, bahkan nilai rawinya yang dianggap penting. Kitab sunan Tirmidzi dinilai positif karena dapat digunakan untuk penerapan praktis kaidah ilmu hadis, khususnya Ta’lil hadis
4)      Menggunakan istilah khusus yang selama inijadi perbincangan ulama hadis. Diantaranya yang paling populer adalah istilah hasan sahih yangh mengundang kontrofersi antar ulama.

8.     Alasan dimasukkan dalam jajaran Al kutub Al tis’ah
Kitab sunan Tirmidzi menjadi sangat penting bagi studi hadis karena dalam kitab tersebut Tirmidzi benar-benarmamperhatikan ta’lil(penentuan nilai) hadis dengan menyabutkan secara eksplisit hadis yang sahih. Kitab hadis ini menduduki nperingkat ke-4 diantara al-kutub As-sittah, menurut pengarang Kasyf az Zunun(menyingkap keraguan), Hajji kalfah(w.1657). kedudukan sunan At-Tirmidziberada pada tingkat ketiga dalam hierarki al-kutub As-sittah. Bahkan Abu Ismailal-Anshari sorang ahli hadis memandang kitab Tirmidzi lebih bermanfaat daripada kitab Bukhari dan Muslim dari segi penggunaannya. Kitab Bukhari dan Muslim hanya dapat dipahami seorang ahli, tetapi sunan at-Tirmidzi dapat dipahami siapapun.
Imam Tarmidzi mempunyai pedoman pokok dalam menyaring hadis untuk bahan kitabnya yaitu apakah hadis itu dipakai fuqaha(ahli fiqh) sebagai hujjah ,atau tidak. Oleh karena itu dalam kitabnya ini terhimpun hadis yang ma’mul(praktis).









PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil simpulan: Pertama, al-Tirmidzi adalah seorang pakar hadis yang konsisten dengan keilmuannya, sehingga mayoritas ulama menilai positif kepakaran al-Tirmidzi dalam bidang hadis, kecuali Ibn Hazm. Meski demikian, pandangan Ibn Hazm tidak mengurangi kapasitas intelektual dan kredibilitas al-Tirmidzi selaku ahli hadis. Kedua, kitab al-Jami’ al-Shahih atauSunan al-Tirmidzi ditulis al-Tirmidzi pada abad ke-3 H, yakni periode “penyempurnaan dan pemilahan”. Kitab al-Tirmidzi ini memuat seluruh hadis kecuali hadis yang sangat dha’if danmunkar.
Satu spesifikasi kitab al-Tirmidzi ini adalah adanya penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadisnya. Ketiga, melalui kitab al-Jami’ al-Shahih ini pula al-Tirmidzi memperkenalkan istilah hadis hasan, yang sebelumnya hanya dikenal istilah hadis shahihdan hadis dha’if. Kriteria ini dengan konsisten diaplikasikan al-Tirmidzi dalam kitabnya tersebut. Keempat, banyak dari para kritikus hadis yang menyambut positif dengan kehadiran kitab al-Jami’ al-Shahih dan juga ada yang mengkritiknya juga. Kelima, kitab al-Jami’ al-Shahih menjadi salah satu dari Kutub al-Sittah.












DAFTAR PUSTAKA



Suryadi, Kitab Sunan al-Tirmidzi dalam “Studi Kitab Hadis”. Yogyakarta: Teras, 2003.
Sutarmadi, Ahmad, al-Imam al-Tirmidzi: Peranannya dalamPengembangan Hadits dan Fiqih. Jakarta: Logos, 1998.
Saifuddin, Arus Tradisi Tadwin Hadis dan Historiografi Islam: Kajian Lintas Aliran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Shahih, juz V.
al-Maliki, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2010.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhamad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Amir, Fachrur Razi, Peringkat Kitab-kitab Hadis: Analisis Kualitatifdalam “Ulumul Hadis”. Yogyakarta: Teras, 2010.






[1] Saifuddin, Arus Tradisi Tadwin Hadis dan Historiografi Islam: Kajian Lintas Aliran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 160.
[2] Al-Tirmidzi, al-Jami’…, Juz V, hal. 392.

[3] M. Natsir Arsyad, Seputar Al Quran Hadits Dan Ilmu, Bandung, Al Bayan,1995 Hal 82
[4] Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag, Ulumul Hadits, Jakarta, amzah, 2008 hal 263
[5] K.H. Siradjuddin ‘Abbas, 40 masalah agama jilid II, (pustaka Tarbiyah : Jakarta, 2006). Hal 77

[6]. Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Tirmidzi, hlm. 164.
[7] Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Tirmidzi…, hlm. 160.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar