CONTOH
TAKHRIJ HADIS TENTANG ISLAM AGAMA YANG
ASING
KRITIK SANAD HADIS I
حدثنا أبو كريب أخبرنا حفص بن غياث عن الأعمش عن
أبي إسحاق عن أبي الأحوص عن عبدالله: قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن
الإسلام بدأ غريبا وسيعود كما بدأ فطوبى للغرباء
- Hasil Penelusuran (Takhrij) dalam al-Kutub al-Sittah
Berdasarkan hasil penelusuran dengan
melalui cara pertama, yaitu metode mu’jam,
hadis tersebut terdapat pada 3 tempat yang tersebar di berbagai kitab
Hadis. Lima di
antaranya adalah:
1. Sunan al-Tirmidzi,[1]
melalui riwayat Ibnu Mas’ud ra. (Hadis yang sedang diteliti):
حدثنا أبو كريب
أخبرنا حفص بن غياث عن الأعمش عن أبي إسحاق عن أبي الأحوص عن عبد الله : قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود كما بدأ فطوبى للغرباء
2. Shahih Muslim[2]
حدثني محمد بن
رافع والفضل بن سهل الأعرج قالا حدثنا شبابة بن سوار حدثنا عاصم وهو ابن محمد
العمري عن أبيه عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن الإسلام بدأ
غريبا وسيعود غريبا كما بدأ وهو يأرز بين المسجدين كما تأرز الحية في جحرها
3. Sunan Ibnu Majah[3]
حدثنا عبد الرحمن
بن إبراهيم ويعقوب بن حميد بن كاسب سويد بن سعيد قالوا حدثنا مروان بن معاوية
الفزاري. حدثنا يزيد بن كيسان عن أبي حازم عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبيا . فطوبى للغرباء
Berdasarkan
redaksi matan yang telah
- Skema Sanad
Berdasarkan hasil penelusuran di atas
dapat dibuat skema sanad sebagaimana berikut:
Skema Sanad Hadis I dalam al-Kutub al-Sittah
Rasulullah Saw
|
Anas b. Malik
|
Abu Hurairah
|
Sinan b. Sa’d
|
Abu Hazim
|
Yazid b. Kaysan
|
Marwan
al-Fazari
|
Muhammad b.
Abbad
|
Ibnu Abu Umar
|
Muslim b.
Hajjaj
|
Yazid b. Abu
Yazid
|
Ibnu Lahi’ah
|
‘Amr b.
al-Haris
|
Abdullah b.
Wahb
|
Harmalah b.
Yahya
|
Ibnu Majah
|
Ibnu mas’ud
|
Abul Ahwas
|
Abu Ishaq
|
Al-A’masy
|
Hafs b. Ghiyats
|
Abu Kuraib
|
Al-Tirmidzi
|
- Penelitian (Kritik) Sanad Hadis
Dari kelima hadis tersebut di atas, yang
kami teliti sanadnya adalah hadis riwayat al-Imam al-Tirmidzi, dengan komposisi
sanad; Ibnu Mas’ud (Sahabat), Abul Ahwash, Abu Ishaq, al-A’masy, Hafs bin
Ghiyash, dan Abu Kurayb.
a.
Data Biografi Para Rawi
1.
Abdullah bin Mas’ud
Nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Mas’ud. Beliau adalah sahabat Nabi yang lahir pada dan wafat pada
32 H di Madinah al-Munawwarah,
pada masa kekhalifahan Ali b. Abi Thalib. Beliau dikenal sebagai pakar Tafsir
dan Qiraat di kalangan sahabat Nabi.
Sebagaimana laiknya
sahabat Nabi yang lain, beliau juga aktif mengikuti pengajian yang diasuh
langsung oleh Rasulullah saw. Di samping itu, beliau juga banyak meriwayatkan hadis
dari sahabat lain seperti Umar bin al-Khatthab, Sa’d bin Mu’adz al-Anshari, dan
Shafwan bin ‘Assal al-Muradi.
Sepeninggal Rasulullah saw
beliau tidak hanya tinggal diam. Beliau meimiliki tanggung jawab menyebarkan
Islam dan mengajarkan ilmu dan meriwayatkan hadis-hadis yang didengar dari
Rasulullah. Karenanya, banyak sekali Sahabat dan tabi’in yang belajar kepada
beliau. Dari kalangan sahabat, di antaranya adalah Abdullah bin al-Zubayr, Ibnu
Umar, Abdullah bin fairuz al-Daylami, dll. Sedangkan dari tingkatan tab’in di
antaranya adalah Imran bin Hushain, Abu al-Ahwash Auf bin Malik, dll. Mengingat
posisinya sebagai sahabat, para ulama sepakat bahwa sahabat tidak perlu
dikritik dan apalagi diragukan kredibilitasnya. Al-Shahâbah kulluhum ‘udûl. Seluruh sahabat adalah adil.
2.
Abul Ahwash
Nama Lengkapnya adalah
‘Auf bin Malik bin Nadhalah
al-Asyja’iy al-Jusyami yang populer
dengan nama kunyah-nya, yaitu Abul Ahwash
al-Kufi. Dia termasuk
keturunan Jusyam
bin Muawiyah bin Bakr bin Hawazin. Dia hidup pada generasi tabi’in, murid para sahabat Nabi. Dia
wafat pada 127 H, pada masa pemerintahan al-Hajjaj. Dia juga pernah
mengikuti perang bersama Ali bin Abu Thalib melawan kelompok Khawarij di
Nahrawan.[4]
Di antara guru-guru Abul Ahwash adalah Abdullah bin Mas’ud, Urwah
bin Mughirah bin Syu’bah, Ali bin Abi Thalib, Malik bin Nadhlah al-Jusyami (bapaknya),
Masruq bin al-Ajda’, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, dll.
Sedangkan murid-muridnya, di antaranya adalah Ibrahim bin Muhajir, Asy’ats
bin Abu al-Sya’tsa’, al-Hasan al-Bashri, Abu Ishaq al-Suba’i, al-Hakam
bin ‘Utbah, dll.
Pendapat para ulama mengenai Abul Ahwash
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Keterangan
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Tsiqah
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
-
|
Tsiqah
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
-
|
watssaqûhu
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
-
|
Tsiqah
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
3.
Abu Ishaq
Nama Lengkapnya adalah ‘Amr
bin Abdullah bin Ubayd al-Hamadani Abu Ishaq al-Sabi’iy al-Kufi[5].
Dia lahir dua tahun menjelang berakhirnya khilafah Utsman bin Affan ra., dan wafat pada 129 H. -selisih dua tahun
dengan gurunya- di Kufah dalam usia 96 tahun.[6]
Di antara Guru-guru beliau
adalah: Abu Burdah bin AbuMusa al-Asy’ari, Abul Ahwash al-Jusyami, Anas bin
Malik, al-Barâ’ bin Azib, Jabir bin Samurah, al-Asy’ats bin Qays al-Kindi, dll.
Sedangkan murid-murid
beliau adalah di antaranya: Sufyan bin ‘Uyainah, Sulaiman al-A’masy, Abu Sinan
Said bin Sinan al-Syaibani, Sufyan al-Tsauri, Sulaiman al-Taymiy, dll.[7]
Komentar para ulama Rijal al-Hadis mengenai kepribadiannya:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
mudallis
tingkat 3[8]
|
Tsiqah, muktsirun, Abid
|
Yakhtalith
(pikun)
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
-
|
Ahad al-A’lam, wahuwa ka al-Zuhri fi al-katsrah
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
-
|
Tsiqah
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
4.
al-A’masy
Nama Lengkapnya adalah
Sulaiman bin Mihran al-Asadi al-Khalili, Abu Muhammad al-kufi al-A’masy. Dia
lahir pada 61 H dan wafat pada 147 H (18 tahun setelah gurunya). Menurut Abu
Nu’aim, al-A’masy wafat pada Rabiul Awal di usianya yang ke 88 tahun.[9] Sebenarnya,
al-A’masy berkebangsaan Tabaristan, namun kemudian diajak ayahnya berhijrah ke
Kufah.
Al-A’masy mendapatkan Hadis dari beberapa guru, yang di antaranya adalah Abu
Ishaq ‘Amr bin Abdullah al-Sabi’iy, ‘Amr bin Marroh. Ibrahim al-Taymi,
Ibrahim al-nakha’i, Ismail bin Abi Khalid, ‘Amarah bin ‘Umair, dll.
Sedangkan murid-murid yang pernah meriwayatkan hadis darinya adalah di
antaranya, Hafsh bin Ghiyats, Ja’far bin ‘Aun, Abu Muawiyah al-Dlarir,
al-Hakam bin ‘Utaibah, al-Hasan bin ‘Ayyasy, dll.[10]
Berikut ini adalah komentar para Ulama Rijal Hadis:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Tsiqah, tsabat
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
mudallis tingkat 2[11]
|
Tsiqah, hafidz, ârif bil Qirâ-ât, lakin yudallis
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
|
Al-Hâfidz, Ahad al-A’lâm
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
|
Tsiqah
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
5.
Hafsh bin Ghiyash
Nama lengkapnya adalah
Hafsh bin Ghiyyats bin Thalq bin Mu’awiyah bin Malik bin al-Harits al-Nakho’I,
Abu ‘Umar al-Kufi. Dia lahir pada 117 H dan wafat pada 194 H ketika
menjadi ‘Amir di Kufah.[12]
Di antara gurunya yang pernah meriwayatkan hadis kepadanya adalah Hisyam
bin Urwah, Sulaiman al-A’masy, Sulaiman al-Taymi, Sufyan al-Tsauri,
Hajjaj bin Arthah, Ismail bin Sumai’, dll.
Sedangkan di antara murid-murid yang pernah meriwayatkan hadis darinya
adalah Abu Kuraib dan anaknya sendiri, yakni ‘Amr bin Hafsh bin Ghiyats,
Ibrahim bin Mahdi, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Badil al-Yami, dll.[13]
Pendapat para ulama mengenai kepribadiannya:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
mudallis tgkt 1[14]
|
Tsiqah, faqih
|
Taghayyara
hifdzuhu qalilan fi al-Akhir
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah, faqih
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
|
Tsabat idza haddatsa min kitabihi
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
6.
Abu Kurayb
Nama aslinya adalah
Muhammad bin al-‘Alâ’ bin Kuraib al-Hamdani al-Kufi. Menurut al-Bukhari, Abu
Kuraib lahir pada 160 H, dan wafat pada Jumadil Ahir 248 H.[15]
Abu Kuraib banyek belajar
dari guru-guru yang pernah meriwayatkan hadis kepadanya, seperti Hafsh bin
Ghiyats, Hafsh bin Bughail, Abu Bakr bin ‘Ayyasy, Abu Khalid al-Ahmar, Abu Muawiyah
al-Dlarir, dll.
Di samping itu, dia juga
aktif meriwayatkan hadis kepada murid-muridnya seperti al-Jamaah
(termasuk di antaranya adalah al-Tirmidzi), Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Ibrahim
bin Ma’qil, dll.
Berikut adalah komentar para ulama Rijal:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Lâ ba’sa bihi
|
Tsiqah
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
|
Tsiqah, hafidz
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
-
|
Al-Hafidz
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
b.
Analisis Ketersambungan Sanad Hadis (ittishâl
al-Sanad)
1.
redaksi periwayatan (shîghat al-tahammul wa al-âdâ’)
Jika kita lihat sanad
hadis yang kita teliti ini, ada dua kategori redaksi periwayatan hadis yang
dipakai yaitu; shighat al-tahdîts dan
shîghat ‘an’anah. Kategori pertama
menunjukkan bahwa rawi yang memakai redaksi ini, dapat dipastikan bahwa
sanadnya bersambung ke gurunya, bahkan harus bertemu dan bertatap muka langsung
dengannya. Sedangkan bentuk redaksi kategori ke-2 (‘an’anah) masih rawan dengan terjadinya tadlîs, meskipun tidak selalu demikian.
Dari sanad hadis terseut
di atas, dapat kita jumpai bahwa hanya mukharrij
(al-Tirmidzi) gurunya (Abu Kuraib) saja yang menggunakan bentuk pertama (haddatsana). Sedangkan empat rawi
lainnya menggunakan shighat 'an'anah.
2.
tahun wafat rawi, berikut
tahun lahirnya –jika ada-;
Berdasarkan data biografi
rawi di atas, dapat kita simpulkan bahwa antara Ibnu Mas'ud dengan Abul Ahwash
terpaut 95 tahun. Hal ini berarti jika Abul Ahwash berusia seratus tahun, maka
pada saat menerima hadis dari Ibnu Mas'ud , ia masih kanak-kanak, yaitu pada usia lima tahun. Namun, sejauh ini belum ditemukan
informasi usia Abul Ahwash.
Sedangkan Abul Ishaq
dengan gurunya terpaut dua tahun. Bahkan bisa jadi ini adalah riwayat
al-Aqrân. Kemudian antara Abu Ishaq dengan muridnya, al-A'masy terpaut 18
tahun. Selanjutnya, selisih antara al-A'masy dengan Hafsh adalah 47 tahun. Dan
terakhir adalah selisih tahun wafat Hafs dengan Abu Kuraib yaitu 54 tahun.
3.
keterangan para ulama Rijal mengenai terjadinya guru-murid
Meskipun ada satu rawi yang memungkinkan adanya tadlis dalam sanad,
berdasarkan keterangan para ulama Rijal, seluruh rawi dalam sanad ini adalah
bersambung dengan dasar terjadi hubungan guru-murid. Dengan demikian ketika
berguru kepada Ibnu Mas’ud, Abul Ahwash berusia sekitar lima tahun. Jika tidak, maka usia Abul Ahwash harus
lebih dari 100 tahun.
c.
Analisis Kualitas Rawi Hadis
Setelah mengakji
ketersambungan sanad, berikutnya adalah analisis data kualitas rawi.
Berdasarkan sumber data yang kami dapatkan, tak satupun rawi yang dinilai dla’if
(lemah) oleh ulama Rijal (kritikus). Hanya saja ada beberapa rawi yang dianggap
pernah melakukan tadlis. Namun sebagaimana pendapat jumhur ulama, bahwa
tadlis bukanlah termasuk aib. Namun meski demikian, kebiasaan men-tadlis
sangat berpengaruh terhadap validitas hadis.
Setelah di teliti, hadis tersebebut tidak terbukti adanya tadlis di dalamnya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan tahun wafat dan keterangan para ulama mengenai terjadinya
hubungan guru-murid secara langsung antar rawi dalam sanad. Sehingga sanad
hadis ini muttashil.
Berdasarkan data kualitas rawi sanad hadis ini di atas, tak satupun rawi
yang memiliki kepribadian dan kredibilitasnya kontroversial di kalangan ulama.
Seluruh kritikus menyatakan seluruh rawi dalam sanad ini adalah baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa syarat ke dua dalam kesahihan hadis juga
terpenuhi.
c.
Analisis Syudzûdz dan ‘Illat Dalam sanad
Berdasarkan hasil
penelusuran di atas, Hadis ini memiliki banyak tawabi’. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam sanad hadis tersebut tidak terdapat syudzûdz.
Mengenai ‘illat
dalam sanad, meski ditemukan kemungkinan terjadinya tadlis dan irsâl
khafiy, namun sampai sejauh ini tidak ditemukan bukti-bukti yang
mendkung terjadinya tadlis dan irsal tersebut.
Dengan demikian, insyâ
Allah sanad hadis ini bebas dari syadz dan ‘illat.
- HUKUM SANAD HADIS
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini adalah Hasan karena seluruh kriteria kesahihan sanad telah terpenuhi. Hanya saja ada beberapa rawi yang mengalami degradasi intelektual saat
tua. Namun jika hadis ini diriwayatkan saat rawi-rawi tersebut masih normal,
belum mengalami pikun, maka sanad hadis ini bisa naik menjadi sahih. Wallahu A’lam.
Tabel
kesimpulan penelusuran ittishal al-sanad:
No
|
Nama Rawi
|
Th.
Lahir
|
Th.
Wafat
|
Redaksi
Âdâ'
|
Guru-
murid
|
Keterangan
(Lain-lain)
|
Kesimpulan
|
1
|
Ibnu Mas'ud
|
-
|
32 H
|
(samâ'an)
|
V
|
Tidak ada Irsâl
|
muttashil
|
2
|
Abul Ahwash
|
-
|
127
H
|
('an'anah)
|
V
|
Tidak ada tadlîs
|
muttashil
|
3
|
Abu Ishaq
|
33 H
|
129
H
|
('an'anah)
|
V
|
Mudallis tingkat 3
|
muttashil
|
4
|
al-A’masy
|
61 H
|
147
H
|
('an'anah)
|
V
|
Mudallis tingkat 2
|
muttashil
|
5
|
Hafsh
|
117
H
|
194
H
|
('an'anah)
|
V
|
Mudallis tingkat 1
|
muttashil
|
6
|
Abu Kuraib
|
160
H
|
248
H
|
hadatsanâ
|
V
|
Tidak ada tadlîs
|
muttashil
|
Table
Kesimpulan Kualitas Rawi
No.
|
Kritikus
Nama Rawi
|
Al-Nasai
|
Abu
Hatim
|
Al-Dzahabi
|
Ibnu
Hibban
|
Al-Asqalani
|
Nilai
Akhir
|
1
|
Ibnu Mas’ud
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
2
|
Abul Ahwash
|
Tsiqah
|
tsiqah
|
Watssaqahu
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
3
|
Abu Ishaq
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Ahad
al-A'lam
|
tsiqah
|
Tsiqah, pikun
|
Tsiqah
|
4
|
Al-A’masy
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Ahad al-A'lam
|
Tsiqah
|
Tsiqah,Hafidz
|
Tsiqah
|
5
|
Hafsh bin Ghiyats
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsabat
|
Tsiqah,
faqîh, taghayyara
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
6
|
Abu Kurayb
|
La
Ba'sa bih
|
tsiqah
|
Al-Hafidz
|
Tsiqah
|
Tsiqah,
hafidz
|
Tsiqah
|
Dari gambaran
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sanad hadis tersebut adalah Hasan, karena
ada rawi yang tidak tâm al-dlabth
STUDI SANAD HADIS
MENJAMAK SHALAT TANPA UZUR TERMASUK DOSA
BESAR
Teks Hadis
"من جمع بين
الصلاتين من غير عذر فقد أتى بابا من أبواب الكبائر".
- Hasil Penelusuran (Takhrij)
Berdasarkan hasil penelusuran dengan
melalui cara pertama, yaitu metode mu’jam,
hadis tersebut terdapat pada 3 (tiga) tempat yang tersebar di berbagai
kitab Hadis. Dalam al-Kutub al-Sittah, hadis ini hanya diriwayatkan oleh
al-Tirmidzi. Lima
di antaranya adalah:
1. Sunan
al-Tirmidzi, (Hadis yang sedang diteliti):
حدثنا أبو سلمة يحيى بن خلف البصري، حدثنا المعتمر بن سليمان، عن
أبيه، عن حنش، عن عكرمة، عن ابن عباس، عن النبي صلى
الله عليه وسلم قال: (( مَنْ جَمَعَ بَيْنَ الصَّلاَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ
فَقَدْ أَتَى بَاباً مِنْ أَبْوَابِ اْلكَبَائِرِ))[16].
Syawâhid dan Mutâba'ât dalam Kitab hadis lain (selain
kitab enam)
2. Sunan al-Kubra
karya al-Bayhaqi
أخبرنا أبو الحسين علي بن محمد بن عبد الله بن بشران العدل ببغداد ثنا
إسماعيل بن محمد الصفار ثنا عبيد بن عبد الواحد بن شريك ثنا
نعيم بن حماد ح وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا
علي بن عيسى الحيري ثنا إبراهيم بن أبي طالب ثنا
يعقوب بن إبراهيم قالا ثنا المعتمر بن سليمان عن أبيه
عن حنش عن عكرمة عن ابن عباس قال: قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((الجمع بين الصلاتين من غير عذر من الكبائر))
لفظ حديث نعيم. وفي رواية يعقوب ((من جمع بين الصلاتين من غير عذر فقد أتى بابا
من أبواب الكبائر)).[17]
3. Mustadrak karya
al-Hakim
حدثنا زيد بن علي بن يونس الخزاعي بالكوفة ثنا
محمد بن عبد الله الحضرمي ثنا بكر بن خلف و سويد بن سعيد قالا : ثنا
المعتمر بن سليمان عن أبيه عن حنش عن
عكرمة عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ((من
جمع بين الصلاتين من غير عذر فقد أتى بابا من أبواب الكبائر)).[18]
- Skema Sanad
Berdasarkan hasil penelusuran di atas
dapat dibuat skema sanad sebagaimana berikut:
ثنا
|
ثنا
|
Nabi S.a.w
|
Ibnu
Abbas
|
Ikrimah
|
Hanasy
|
Sulaiman
|
Al-Mu'tamir
|
Yahya
|
Al-Tirmidzi
|
Naim b
Hammad
|
Yaqub b. Ibrahim
|
Suwaid b. said
|
Bakr
b. Khalaf
|
Ubayd b. A Wahid
|
Ismail
|
Abul
Husain
|
Al-Baihaqi
|
Muhammad b. Abdullah
|
Zaid b. Ali b. Musa
|
Al-Hakim
|
Ibrahim. Abu Thalib
|
Ali b.
Isa
|
Abu
Abdillah
|
عن
|
عن
|
عن
|
عن
|
عن
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
نا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
ثنا
|
- Penelitian (Kritik) Sanad Hadis
Dari kelima hadis tersebut di atas, yang
kami teliti sanadnya adalah hadis riwayat al-Imam al-Tirmidzi, dengan komposisi
sanad; Abdullah bin Abbas, Ikrimah, Hanasy, Sulaiman al-Taymi, al-Mu’tamir bin
Sulaiman, dan Yahya bin Khalaf al-Bahili.
a.
Data Biografi Para Rawi
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim,
beliau lahir di Sya’ab wafat pada tahun 68 H di Thaif, beliau termasuk dalam
Kalangan Sahabat Nabi saw. Diantara guru beliau adalah Nabi Muhammad saw, Ubay
bin Ka’ab, dan Usamah bin Zaid. Beliau juga mempunyai murid diantaranya adalah
‘Utsman bin Yahya, ‘Urwah bin Zubair, dan ‘Atho bin Abi Robah. Beliau adalah
anak paman Nabi saw dan juga pernah menjadi penerjemah Al-Qur’an.[20] Diantara Tempat yang
pernah disinggahi beliau saat Rihlah Ilmiyah adalah Madinah.
Mengingat posisinya sebagai sahabat, para ulama sepakat bahwa sahabat tidak
perlu dikritik dan apalagi diragukan kredibilitasnya. Al-Shahâbah kulluhum ‘udûl. Seluruh sahabat adalah adil.[21]
2.
‘Ikrimah
Nama Lengkapnya adalah
‘Ikrimah al-Qurasyi al-Hasyimi, Abu Abdillah al-Madani, budak Ibnu Abbas. Ia
populer dengan nama ‘Ikrimah. Dia berasal dari suku
Barbar, di Maroko. Dulu dia adalah budak Hushain bin Abi al-Hurr al-‘Anbari, kemudian
diberikan kepada Ibnu Abbas ketika diangkat menjadi wali Bashrah di bawah
pemerintahan Ali bin Abi Thalib ra.[22] Namun kemudian, menurut keterangan Abu
Said bin yunus, Ikrimah pindah menjadi penduduk tetap Madinah. Di
samping itu ia juga pernah tinggal di Makkah beberapa tahun. Sebelumnya, ia
juga pernah singgah di Mesir dantinggal di rumah Abdurrahman bin al-Jassas
al-Ghafiqi dan kemudian berlanjut hingga ke Afrika. Menurut keterangan
al-Bukhari dan Ali al-Madini (guru al-Bukhari), Ikrimah wafat pada 104 H.
Ikrimah banyak meriwayatkan Hadis
Nabi dari banyak sekali sahabat senior, seperti Abdullah bin Abbas
(majikannya), Jabir bin Abdillah, al-Hajjaj bin Amr, al-Hasan bin
Ali, Shafwan bin Umayyah, Abdullah bin Umar, Aisyah, dll.
Sedangkan murid-muridnya, di antaranya adalah Ibrahim al-Nakha’i, Arthah
bin Abi Arthah, Ishaq bin Abdullah bin Jabir, Ismail bin Abu Khalid, Husain
bin Qays Abu Ali al-Rahabi, dll.
Pendapat para ulama mengenai Abul Ahwash
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Keterangan
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Tsiqah, tsabat, alim bi
al-tafsir
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
-
|
Tsiqah
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
-
|
Tsiqah, walakin Abadli (khawarij)
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
-
|
Imam al-Dunya[23]
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
3.
Hanasy
Nama Aslinya adalah
al-Husain bin Qays al-Rahabi Abu Ali al-Wasithiy. Namun ia lebih dikenal dengan
nama laqobnya, yaitu, Hanasy.[24]
Di antara Guru-guru Hanasy
adalah: ‘Atha bin Abu Rabah, ‘Ikrimah, ‘Ulba bin Ahmar, dll.
Sedangkan murid-murid
beliau adalah di antaranya: Ismail bin ‘Ayyasy, Abu Mahshan Hushayn bin Numayr
al-Hamdani, Khalid bin Abdullah al-Wasithi, Sulaiman al-Taymiy, Abdul
Hakim bin Manshur, Ali
bin Ashim, dll.[25]
Komentar para ulama Rijal al-Hadis mengenai kepribadiannya:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
Matruk
|
-
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
Matruk
|
-
|
|
3
|
Al-Bukhari
|
Ahaditsuhu Munkarah
|
-
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
Dlaif
|
-
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
Dhaif
|
-
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
Dlaif
|
-
|
|
Kesimpulan
|
Dlaif, matruk
|
4.
Sulaiman al-Taymiy
Nama Lengkapnya adalah
Sulaiman bin Tharkhan al-Taymiy, Abu al-Mu’tamir al-Bashriy. Menurut
keterangan, ia bukanlah keturunan Bani Taym. Hanya saja ia pernah tinggal di sana , sehingga namanya
dinisbatkan kepadanya. Ia wafat di Bashrah pada 143 H dalam usia 97 tahun.
al-Taymiy mendapatkan Hadis dari beberapa guru, yang di antaranya adalah
Aslam al-‘Ijliy, Anas bin Malik, Abu Ali Husain bin Qays al-Rahabi, Bakr
bin Abdillah al-Muzani, Tsabit al-Bannani, dll.
Sedangkan murid-murid yang pernah meriwayatkan hadis darinya adalah di
antaranya, al-Mu’tamir bin Sulaiman, Muadz binMuadz al-Mundziri, Abu
Muawiyah al-Dlarir, al-Hakam bin ‘Utaibah, al-Hasan bin ‘Ayyasy, dll.[26]
Berikut ini adalah komentar para Ulama Rijal Hadis:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Tsiqah, tsabat
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
mudallis tingkat 2[27]
|
Tsiqah, Abid
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
Suka
mencapur riwayat dlaif dan shahih
|
-
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
-
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
|
Ahad al-sâdah
|
|
6
|
Ibnu Ma’in
|
|
Tsiqah
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
5.
al-Mu'tamir bin Sulaiman
Nama lengkapnya adalah
Mu'tamir bin Sulaiman bin Tharkhan al-Taymiy, Abu Muhammad al-Bashri. Konon ia
juga dikenal dengan laqab al-Thufail.[28]
Menurt keterangan al-Bukhari, ia wafat pada 187 H, dalam usia 81 tahun.
Di antara gurunya yang
pernah meriwayatkan hadis kepadanya adalah Hisyam bin Urwah, Sulaiman
al-Taymiy, Sulaiman bin al-Mughirah, Sufyan al-Tsauri, Hajjaj bin
Arthah, Ismail bin Sumai’, dll.
Sedangkan di antara murid-murid yang pernah meriwayatkan hadis darinya
adalah Abu Salama Yahya al-Bahili Ahmad bin Hanbal, Ibrahim bin Mahdi,
Abul Asy'ats, dll.[29]
Pendapat para ulama mengenai kepribadiannya:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Tsiqah
|
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
-
|
Tsiqa
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
Tsiqah, shaduq
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
|
Kana Ra'san fil 'ilm mitsla Abihi
|
|
6
|
Ibnu
Ma'in
|
-
|
Tsiqah
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
6.
Yahya bin Khalaf al-Bahili
Nama aslinya adalah Abu Salamah Yahya bin Khalaf al-Bahili
Abu Salama al-Bashri. Ia lebih dikenal dengan nama al-Jubari. Menurut
al-Bukhari, Abu Kuraib lahir pada 160 H, dan wafat pada Jumadil Ahir 248 H.[30]
Abu Kuraib banyak belajar
dari guru-guru yang pernah meriwayatkan hadis kepadanya, seperti al-Mu'tamir
bin Sulaiman, Asihm al-Dlahhak, salim bin Nuh, Abu Khalid al-Ahmar,
Abu Muawiyah al-Dlarir,
dll.
Di samping itu, dia juga
aktif meriwayatkan hadis kepada murid-muridnya seperti al-Jamaah
(termasuk di antaranya adalah al-Tirmidzi), Ahmad bin Hanbal, dll.
Berikut adalah komentar para ulama Rijal:
No
|
Kritikus
|
Jarh
|
Ta’dîl
|
Ket.
|
1
|
Al-Nasai
|
-
|
Lâ ba’sa bihi
|
Tsiqah
|
2
|
Ibnu
Hajar
|
|
Shaduq
|
|
3
|
Ibnu
Hibban
|
-
|
Tsiqah
|
|
4
|
Abu
Hatim
|
-
|
-
|
|
5
|
Al-Dzahabi
|
-
|
-
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan
|
Tsiqah
|
b.
Analisis Ketersambungan Sanad Hadis (ittishâl
al-Sanad)
4.
redaksi periwayatan (shîghat al-tahammul wa al-âdâ’)
Jika kita lihat sanad
hadis yang kita teliti ini, ada dua kategori redaksi periwayatan hadis yang
dipakai yaitu; shighat al-tahdîts dan
shîghat ‘an’anah. Kategori pertama
menunjukkan bahwa rawi yang memakai redaksi ini, dapat dipastikan bahwa
sanadnya bersambung ke gurunya, bahkan harus bertemu dan bertatap muka langsung
dengannya. Sedangkan bentuk redaksi kategori ke-2 (‘an’anah) masih rawan dengan terjadinya tadlîs, meskipun tidak selalu demikian.
Dari sanad hadis terseut
di atas, dapat kita jumpai bahwa hanya mukharrij
(al-Tirmidzi) gurunya (Khalaf al-Bahili) saja yang menggunakan bentuk pertama (haddatsana). Sedangkan empat rawi
lainnya menggunakan shighat 'an'anah.
5.
tahun wafat rawi, berikut
tahun lahirnya –jika ada-;
Berdasarkan data biografi
rawi di atas, tidak dapat kita simpulkan ketersambungan sanad berdasarkan tahun
wafat secara keseluruhan karena ada beberapa rawi yang tidak disebutkan tahun
lahir dan wafatnya. Namun, ketersambungan sanad ini dapat dibuktikan dengan
alternative cara ke-2 danke-3 sebagaimana berikut.
6.
keterangan para ulama Rijal mengenai terjadinya guru-murid
Meskipun ada satu rawi yang memungkinkan adanya tadlis dalam sanad,
berdasarkan keterangan para ulama Rijal, seluruh rawi dalam sanad ini adalah
bersambung dengan dasar terjadi hubungan guru-murid.
c.
Analisis Kualitas Rawi Hadis
Setelah mengakji
ketersambungan sanad, berikutnya adalah analisis data kualitas rawi.
Berdasarkan sumber data yang kami dapatkan, terdapat satu rawi yang dla’if
(lemah) oleh ulama Rijal (kritikus). Bahkan ada yang menilainya matruk
dan munkar. Selain itu juga terdapat satu rawi yang memiliki kebiasaan
men-tadlis, namaun pada tingkat ke-2, yaitu tingkatan yang masih
ditolerir karena pasti dari orang yang tsiqah. Dengan demikian kebiasaan
tersebt tidak berpengaruh pada kualitas hadis.
Selinitu ketersambungan sanad hadis ini juga dapat dibuktikan dengan tahun
wafat dan keterangan para ulama mengenai terjadinya hubungan guru-murid secara
langsung antar rawi dalam sanad. Sehingga
sanad hadis ini muttashil.
c.
Analisis Syudzûdz dan ‘Illat Dalam sanad
Berdasarkan hasil
penelusuran di atas, Hadis ini memiliki banyak tawabi’. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam sanad hadis tersebut tidak terdapat syudzûdz.
Mengenai ‘illat dalam
sanad, meski ditemukan kemungkinan terjadinya tadlis dan irsâl khafiy,
namun sampai sejauh ini tidak ditemukan bukti-bukti yang mendkung terjadinya tadlis
dan irsal tersebut.
Dengan demikian, insyâ
Allah sanad hadis ini bebas dari syadz dan ‘illat.
- HUKUM SANAD HADIS
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sanad hadis ini adalah Dlaif karena ada satu rawi yang matruk, bahkan munkar. Meskipun memiliki syawahid dan mutaba'ah (riwayat
pembanding), namun tetap dianggap dlaif karena madâr (link) hadis ini
ada pada Hanasy yang dlaif. Wallahu A’lam.
Tabel
kesimpulan penelusuran ittishal al-sanad Hadis ke-2:
No
|
Nama Rawi
|
Th.
Lahir
|
Th.
Wafat
|
Redaksi
Âdâ'
|
Guru-
murid
|
Keterangan
(Lain-lain)
|
Kesimpulan
|
1
|
Ibnu Abbas
|
-
|
68 H
|
(samâ'an)
|
V
|
Tidak ada Irsâl
|
Muttashil
|
2
|
Ikrimah
|
-
|
104
H
|
('an'anah)
|
V
|
-
|
Muttashil
|
3
|
Hanasy
|
-
|
-
|
('an'anah)
|
V
|
-
|
Muttashil
|
4
|
Sulaiman
|
46 H
|
143
H
|
('an'anah)
|
V
|
Mudallis tingkat 2
|
Muttashil
|
5
|
Al-Mu'tamir
|
97 H
|
178
H
|
('an'anah)
|
V
|
-
|
Muttashil
|
6
|
Yahya
|
-
|
-
|
Hadatsanâ
|
V
|
-
|
Muttashil
|
Table
Kesimpulan Kualitas Rawi
No.
|
Kritikus
Nama Rawi
|
Al-Nasai
|
Abu
Hatim
|
Al-Dzahabi
|
Ibnu
Hibban
|
Al-Asqalani
|
Nilai
Akhir
|
1
|
Ibnu Abbas
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
Shahâbi
|
2
|
Ikrimah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
3
|
Hanasy
|
matruk
|
dlaif
|
Dlaif
|
-
|
Matruk,
|
Dlaif,
matruk
|
4
|
Sulaiman
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
Ahad al-Sadah
|
Laziq
bay al-tsiqat wa al-dluafa
|
Tsiqah,Hafidz
|
Tsiqah
|
5
|
Al-Mu'tamir
|
Tsiqah
|
Tsiqah,shaduq
|
Tsabat
|
Kana Ra'san fil 'ilm mitsla Abihi
|
Tsiqah
|
Tsiqah
|
6
|
Yahya
|
La
Ba'sa bih
|
-
|
-
|
Tsiqah
|
Shaduq
|
Tsiqah
|
Dari gambaran
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sanad hadis tersebut adalah Dlaif, karena
ada rawi yang dlaif.
.
KRITIK SANAD
HADIS III
Teks Hadis
حدثنا أبو بكر بن
أبي النضر حدثنا أبو النضر حدثنا أبو عقيل الثقفي عبد الله بن عقيل حدثنا عبد الله
بن يزيد حدثني ربيعة بن يزيد وعطية بن قيس عن عطية السعدي وكان من أصحاب النبي صلى
الله عليه وسلم قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يبلغ العبد أن يكون من
المتقين حتى يدع ما لا بأس به حذرا لما به بأس
Data
Biografi Rawi
1. Abû Bakr bin Abi al-Nadhr.
Nama lengkapnya adalah Abû Bakr bin
al-Nadhr bin Abi al-Nadhr Hâsyim bin al-Qâsim al-Kannâni al-Baghdâdi[31].
Begitulah biasanya beliau dipanggil. Beliau tidak memiliki nama panggilan
khusus yang dinisbatkan kepada ayah atau anaknya, sebagaimana rawi-rawi yang
lain. Hanya saja, seringkali nama beliau dinisbatkan kepada kakeknya langsung
(Abu al-Nadhr: Hâsyim bin al-Qâsim al-Baghdâdi), bukan kepada bapaknya. Konon,
beliau juga memiliki nama asli Ahmad atau Muhammad.[32]
Beliau wafat pada Rajab 245 H di Baghdad[33],
sehingga tergolong sebagai pengikut tabi'in (tabi' al-tabi'in).
Di antara para guru beliau adalah
al-Aswad bin 'Âmir Syâdzân, Hajjaj bin Muhammad Mushaishi, Syabbabah bin Suwâr,
Muhammad bin Qasim al-Asdi, Abu al-Nadhr Hasyim bin al-Qasim, dll.
Beliau juga aktif mwriwayatkan Hadis
kepada para muridnya, diantaranya adalah al-Imam Muslim bin al-Hajjaj,
al-Tirmidzi, al-Nasai, Abu Bakr Ahmad bin Abi Khaitsamah, Abu Ya'la al-Mushili,
dll.
Para ulama rijal
memberikan predikat yang bermacam-macam tentang kepribadian beliau. Berikut
adalah komentar para ulama rijal tentang beliau:
1. Al-Dzahabi :
Tsiqah[34]
4.
Ibnu Hibban juga menyebutkan nama beliau dalam
"al-Tsiqât"
2. Abu al-Nadhr
Nama lengkap beliau adalah Hasyim bin
al-Qasim bin Muslim al-Laitsi al-Baghdadi, Abu al-Nadhr. Gelarnya adalah
Qaishar (kaisar) dan berkebangsaan Khurasan, namun lebih dikenal dengan nama
panggilannya yaitu Abu al-Nadhr. Beliau ini adalah kakek Abu Bakr bin al-Nadhr,
rawi terakhir dalam sanad ini. Beliau lahir
pada 134 H dan wafat di Baghdad pada 207 H.
Mengenai gelar kaisar yang disandangnya, terdapat
sebuah riwayat yang menceritakan bahwa gelar itu secara tidak sengaja disandang
oleh beliau. Beliau sendiri bukanlah termasuk keturunan keluarga kerajaan
Romawi. Menurut cerita yang beliau sampaikan sendiri, bahwa gelar kaisar yang
ada pada dirinya diperoleh ketika sedang berhadapan dengan pihak kepolisian
pemerintahan Harun al-Rasyid. Ketika hendak masuk kamar kecil
(toilet), bersamaan dengan itu, masuk waktu shalat Ashar. Khalifah Harun
al-Rasyid berpesan kepada petugas adzan agar tidak dikumandangkan iqamah
(salat) ashar sebelum beliau keluar. Kemudian Abu al-Nadhr dating dan berkata kepada petugas adzan, "Kenapa
tidak dikumandangkan iqamah?" Petugas tersebut menjawab, kami menunggu Abu
al-Qasim. Kemudian Abu al-Nadhr berkata, "Segera kumandangkan
iqamah!", lalu dikumandangkaah iqamah. Saat datang, Nashr bin Malik
langsung menegur petugas karena telah dianggap melalaikan perintah. Kemudian
petugas tersebut menjawab bahwa ia diminta untuk segera mengumandangkan iqamah
oleh Abu al-Nadhr. Kemudian Nashr menyahutinya lagi, "Ini bukan Hasyim ini
adalah kaisar yang menjelma sebagai raja Romawi. Sejak itulah panggilan kaisar
itu bertengger pada namanya.
Selama pengembaraannya di Baghdad, beliau pernah berguru langsung kepada
Syu'bah bin al-Hajjaj dan meriwayatkan hadis darinya sebanyak empat ribu hadis.
Di antara para guru yang pernah meriwayatkan hadis kepadanya adalah Ibrahim
bin Sa'd, Ibrahim bin Abdillah bin al-Harits bin Hathib, Ishaq bin Said
al-Qurasyi, 'Ikrimah bin 'Ammar, Abu Aqîl al-Tsaqafi, dll.
Di samping itu, beliau juga memiliki murid yang cukup banyak yang pernah
meriwayatkan hadis darinya, di antaranya yaitu: Abu mas'ud Ahmad bin al-Furat
al-Razi, Yahya bin Ma'in, Ya'qub bin Syaibah al-Sudusi, Abu Bakr bin Abu
al-Nadhr, dll.
Sebagai seorang rawi hadis, tentu beliau tak luput
dari sorotan para ulama rijal. Berikut adalah komentar para ulama
mengena kepribadian beliau:
1. Yahya bin Ma'in : tsiqah[37]
2. al-Dzahabi :
al-Hâfidz, tsiqah, shâhib al-sunnah, dan menjadi kebanggaan masyarakat Baghdad .
3. al-Darimi :
tsiqah
4. Demikian halnya Abu Hatim, Ibnu sa'd
dan Ali al-Madini juga menyatakan tsiqah.
5. al-Nasai : Lâ Ba'sa bih
6. Ibn Abd al-Barr : para ulama sepakat bahwa dia adalah rawi
yang shadûq
7. Ibn Hajar : tsiqat, tsabat[38]
8. al-Hakim : Hafidz, tsabat fi al-hadits
3. Abdullah bin
Aqîl al-Tsaqafi
Nama aslinya secara lengkap adalah Abdullah bin Aqil, Abu Aqil al-Tsaqafi al-Kufi.
Beliau adalah pendatang kota Baghdad.[39]
Di antara guru-gurunya adalah Abdullah bin Yazid al-Dimasyqi, Abdullah bin
Yazid bin Jabir, Umar bin Hamzah al-Umari, Hisyam bin Urwah, dll.
Sedangkan murid-murid beliau di antaranya adalah Suraij bin al-Nu'man
al-Jauhari, 'Ashim bin Ali bin 'Ashim, Abdul Aziz bin Bahr al-Baghdadi,
Abdullah bin Musa, Abu al-Nadhr Hasyim bin al-Qasim.[40]
Beliau merupakan rawi yang sarat akan kritik. Berbagai pendapat menyatakan
bahwa:
1. Yahya bin Main : Tsiqah
2. Ahmad bin Hanbal :
Tsiqah, shâlih al-Hadits
4. Abu Hatim al-Razi : Syaikh[42]
5. Abu Daud dan Nasai : Tsiqah
6. Ibnu Hibban :
Tsiqah
7. al-Darimi : Tsiqah
4. Abdullah bin
Yazid
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Yazid al-Dimasyqi. Tidak ada riwayat
yang menceritakan tempat dan tahun lahir dan wafat beliau. Hanya saja, menurut
al-Mizzi, beliau adalah seorang rawi yang hidup semasa dengan Tabiib junior.
Menurut keterangan para ulama Rijal, Abdullah hanya memiliki dua orang guru
yaitu Rabi'ah bin Yazid, dan Athiyah bin Qais yang kebetualan keduanya juga
meriwayatkan hadis ini. Sedangkan murid beliau hanya satu yaitu Abu Aqil Abdullah bin Aqil al-Tsaqafi, yang juga
meriwayatkan hadis ini darinya.[44] Sehingga satu-satunya
cara untuk mengetahui ketersambungan sanad ini adalah dengan menggunakan cara
ke tiga, yaitu memakai keterangan pera ulama rijal. Dari keterangan tersebut
dapat kita simpulkan bahwa sejauh ini, sanad hadis ini belum terdapat indikasi inqitha'.
Adapun kualitas dan kredibilitas beliau menurut para ulama jarh wa ta'dil
adalah sebaga berikut:
1. al-Dzahabi : Hassana
lahu al-Tirmidzi[45]
2. al-Juzjani : Ahaditsuhu
munkarah
3. Ibnu Adi : Lâ
na'rifuhu lahu bihi (tidak mengatahui hal-nya)
4. Ibnu Hajar : Dha'if[46]
5. Rabi'ah bin
Yazid
Nama lengkap beliau adalah Rabi'ah bin Yazid al-Dimasyqi Abu Syu'aib
al-Iyadi al-Qashir. Menurut keterangan para ulama, beliau wafat pada 121 atau
123 H.
Beliau banyak meriwayatkan Hadis dari Ibnu 'Amr bin al-'Ash, 'Athiyyah
al-Sa'idi, Abdul Malik bin Marwan, Abu Utsman, dll.
Laiknya ulama hadis, beliau juga aktif mengajarkan hadis kepa murid-murid
beliau yang di antaranya adalah Ja'far bin Rabiah al-Mishri, Muhammad bin
Muhajir, Abdullah bin Yazid, al-Walid bin Sulaiman, dll.
Berikut adalah komentar para ulama rijal mengenai beliau:
1. al-Nasai :
Tsiqah
2. Abu Said bin Yunus : Rawâ
lahu al-Jama'ah (Berarti: Shâlih)
3. Ibnu Hibban : Tsiqah
4. al-Dzahabi : Faqihu Ahl Dimasyq
5. Ibnu Sa'd :
Tsiqah
6. Ibnu Hajar : Tsiqah, Âbid.
6. Athiyyah bin
Qais
Nama lengkapnya adalah Athiyyah bin Qais al-Kilabi (al-Kila'i) Abu Yahya
al-Syami al-Himshi. Beliau lahir pada 17 H dan wafat pada 121 H. Beliau adalah
teman seperguruan dengan Rabi'ah saat berguru kepada Athiyah al-Saidi (Sahabat
Nabi).[47]
Di antara guru beliau adalah para sahabat Nabi yaitu, Ubay bin Ka'b,
Athiyah al-Saidi, Ibnu Umar, Abu al-Darda', dll.
Sedangkan murid beliau di antaranya adalah Abu Aqil l-Tsaqafi, Rabi'ah bin
Yazid, Sa'id bin Athiyah bin Qais (puteranya).
Berikut adalah komentar para ulama mengenai kepribadian beliau:
1. Ibnu Hajar : Tsiqah
2. Ibnu Hibban : Tsiqah
3. Adapun ulalam lain, seperti al-Nasai, Ibn Ma'in, Abu Hatim dan
al-Dzahabi tidak menyebutkan kualitasnya.
7. ِAthiyyah al-Sa'idi
Nama lengkapnya adalah Athiyyah bin 'Urwah (ada yang mengatakan Athiyyah
bin Sa'd) dan ada yang bilang Athiyyah bin 'Amr bin Urwah, dan ada juga yang
mengatakan Athiyyah bin 'Amr bin Sa'd, al-Sa'idi. Beliau adalah kakek 'Urwah
bin Muhammad, tergolong sebagai sahabat Nabi saw. Beliau tinggal di Syam.
Hadis-hadis riwayat beliau banyak tersebar di beberapa kitab Hadis seperti
Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Mâjah.
Sebagaimana laiknya sahabat Nabi, dan sesuai dengan definisi sahabat
sendiri, yaitu Orang yang pernah bertemu dan meriwayatkan Hadis dari Nabi saw.
maka secara otomastis, di antara guru Athiyyah al-Sa'idi r.a adalah Nabi saw.
Seluruh sahabat Nabi aktif melakukan dakwah baik ke dalam maupun ke luar
negeri. Demikian halnya Athiyyah al-Sa'idi r.a, sehingga beliau memiliki banyak
murid yang di antaranya adalah Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Mhajir, Rabi'ah
bin Yazid al- Dimasyqi, Athiyyah bin Qais, dan Muhammad bin Athiyyah al-Sa'idi
(puteranya sendiri).
Mengingat
posisinya sebagi sahabat Nabi saw. para ulama Jarh wa Ta'dil tidak
mempersoalkan 'adalah-nya. Semua ulama sepakat bahwa al-Shahâbiy
kulluhum 'udûl.
Tabel
Kesimpulan Analisis Kritik Sanad Hadis
Keterangan
|
'Adalat
Ruwwat wa dlabthuhum
|
Kesimpulan
Ittishâl
|
Ittishâl sanad
|
Nama Rawi
|
No
|
||
Guru-murid
|
Redaksi âdâ'
|
Th. Wafat
|
|||||
-
|
Tsiqah
|
Muttashil
|
V
|
Tahdîts
|
245 H
|
Abu
Bakr bn Abi al-Nadhr
|
1
|
-
|
Tsiqah
|
Muttashil
|
V
|
Tahdîts
|
207 H
|
Abu
al-Nadhr
|
2
|
-
|
Tsiqah
|
Muttashil
|
V
|
Tahdîts
|
Tidak diketahui
|
Abu
Aqil al-Tsaqafi
|
3
|
Munkar, Majhûl
|
Dha'îf
|
Muttashil
|
V
|
'an'anah
|
Tidak diketahui
|
Abdullah
bin Yazid
|
4
|
-
|
Tsiqah
|
Muttashil
|
V
|
'an'anah
|
121 H
|
Rabi'ah
bin Yazid
|
5
|
-
|
Tsiqah
|
121 H
|
Athiyyah
bin Qais
|
6
|
|||
-
|
'Âdil 'ala al-ittifâq
|
Muttashil
|
V
|
Tahdîts
|
Tidak diketahui
|
Athiyyah
al-Sa'idi
|
7
|
Hukum
Sanad Hadis:
Dengan
demikian, berdasarkan data biografi rawi di atas, Hadis tersebut di atas dengan
menggunakan sanad ini hukumnya adalah dha'îf (lemah) karena ada
satu rawi yang dianggap dh'aif dengan alasan munkar al-hadits menurut sebagian
ulama, dan sebagian yang lain ada yang tidak mengetahuinya, meskipun ada satu
rawi yang menganggapnya hasan, yaitu imam al-Tirmidzi.
KRITIK
HADIS IV
تهادُوا فإن الهدية تذهب وحر الصدر
ولا تحقرن جارة لجارتها ولو شق فرسن شاة
Hasil Penelusuran
Berdasarka hasil penelusuran kami di al-Kutub
al-Sittah, hadis ini terdapat dalam satu tempat, yaitu sunan al-Tirmidzi saja.[48]
Hanya saja hadis ini ada di luar kitab enam tersebut sebagaimana akan kami
sebutkan nanti.
حدثنا أزهر بن مروان البصري حدثنا
محمد بن سواء حدثنا أبو معشر عن سعيد عن أبي
هريرة : عن النبي صلى الله عليه وسلم قال {تهادُوا فإن الهدية تذهب وحر الصدر
ولا تحقرن جارة لجارتها ولو شق فرسن شاة}.
Selain itu,
hadis ini juga terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal:[49]
حَدَّثَنَا
خَلَفٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ عَنْ سَعِيدٍ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {تَهَادُوْا فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تُذْهِبُ وَغَرَ
الصَّدْرِ}.
Di luar kitab
enam dalam bidang hadis, hadis ini terdapat dalam Musnad al-Syihab karya
al-Qudha'i:[50]
أخبرنا أبو محمد عبد الرحمن بن معمر المعدل
أنبأنا أبو الطيب الحسن بن محمد الرياشي ثنا أحمد بن يحيى
بن حيان ثنا يحيى بن بكير ثنا الليث عن أبي
معشر عن سعيد بن أبي سعيد عن أبي هريرة قال قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم :{ تهادُوا فإن الهدية تذهب وحر الصدر}.
Skema
Sanad
Rasulullah Saw
|
Abu
Hurairah
|
Sa'd bin Abi Said
|
Abu
Masy'ar
|
Muhammad. Sawad
|
Al-Tirmidzi
|
Al-Laits
|
Al-Khalaf
|
Azhar bin Marwan
|
Yahya
b. Bkair
|
Ahmad
b Yahya b Hayyan
|
Abu
al-Thayib al-Hasan
|
Al-Qudha'i
|
Ahmad b Hanbal
|
Abu Muhammad Abdurrahman
|
Penelitian
Kualitas Sanad Hadis IV
1.
Abu Hurairah
2.
Sa'd bin Abi Sa'd
3.
Abu Masy'ar
4.
Muhammad bin Sawad
5.
Azhar bin Marwan
TAMBAH HADIS TENTANG EMAS BAGI
LELAKI DAN HADIS TENTANG TALQIN SETELAH DAFN
[1] Abu Isa bin Surah al-Tirmidzi, Sunan
al-Tirmidzi, (Kairo: Dar al-Hadits, 2005), juz V, h. 81
[2] Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim,
(Beirut :
Dar al-Fikr, 2001), juz I, h. 131
[3] Ibnu Majah al-Qazwini, Sunan Ibn
Mâjah, (Beirut :
Dar al-Fikr, 2004), juz II, h. 319
[4]
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ
al-Rijâl, (Beirut: Darul Fikr, 1994), vol. 14, h. 451; Lihat juga: Ibnu
Hajar al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut:
Darul Fikr, 1995), cet. II, vol. 6, h. 281.
[5]
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl…,
vol. 14, h. 265.
[6]
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl …,
vol. 14, h. 270.
[7]
Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl …,
vol. vol. 14, h. 268. lihat juga: al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 6, h. 173.
[8] Mudallis tingkat 3 (tiga), yaitu
golongan Mudallis yang seringkali melakukan tadlîs. Karenanya, para muhaddis
tidak berhujjah dengan hadis yang mereka riwayatkan kecuali jika menggunakan sighat samâ’ atau tahdîts dalam menyampaikan riwayat, seperti haddatsana, Akhbarana, Sami’tu, dsb. Lihat: Ibnu Hajar
al-‘Asqalani, Ta’rîf Ahl al-Taqdîs Bi
Marâtib al-Mawshûfîn Bi al-Tadlîs, tahqîq: ‘Âshim bin Abdullah, (Suriah:
Dar al-Rasyid, 1986), h. 13. Lihat juga: Abdullah bin Muhammad al-Anshari, Thabaqât al-Mudallisîn bi Ashbihân wa
al-Wâridîna ‘alayhâ, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992), vol. 2, h. 336. Ibnu Ma’in
menyebutkan bahwa ia menjadi mudallis setelah berusia lanjut dan terkena pikun.
Lihat: Ibnu Hajar, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 8, h. 65
[9] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. 8, h. 106.
[10] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. 8, h. 109
[11] Mudallis
tingkat 2 (dua), Para Muhaddis menganggapnya tidak masalah dan hadisnya tetap
bias dipakai sebagai hujjah karena yang masuk dalam kategori ke dua ini adalah
para imam dalam bidang Hadis yang
tidak mungkin sembarangan melakukan tadlis.
Di samping itu kelompok ke dua ini jarang sekali melakukan tadlis dan jika ber-tadlis hanya dari rawi-rawi yang tsiqah saja. Lihat: Ibnu Hajar
al-‘Asqalani, Ta’rîf Ahl al-Taqdîs Bi
Marâtib al-Mawshûfîn Bi al-Tadlîs, tahqîq: ‘Âshim bin Abdullah, (Suriah:
Dar al-Rasyid, 1986), h. 13 dan 254. Lihat juga: Abdullah bin Muhammad
al-Anshari, Thabaqât al-Mudallisîn bi
Ashbihân wa al-Wâridîna ‘alayhâ, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992), vol.
2, h. 336.
[12] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. 5, h. 60-62.
[13] Al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 2, h. 378.
[14] Mudallis
tingkat 2 (dua), Para Muhaddis menganggapnya tidak masalah dan hadisnya tetap
bias dipakai sebagai hujjah karena yang masuk dalam kategori ke dua ini adalah
para imam dalam bidang Hadis yang
tidak mungkin sembarangan melakukan tadlis.
Di samping itu kelompok ke dua ini jarang sekali melakukan tadlis dan jika ber-tadlis hanya dari rawi-rawi yang tsiqah saja. Lihat: Ibnu Hajar
al-‘Asqalani, Ta’rîf Ahl al-Taqdîs Bi
Marâtib al-Mawshûfîn Bi al-Tadlîs, tahqîq: ‘Âshim bin Abdullah, (Suriah:
Dar al-Rasyid, 1986), h. 13. Lihat juga: Abdullah bin Muhammad al-Anshari, Thabaqât al-Mudallisîn bi Ashbihân wa
al-Wâridîna ‘alayhâ, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992), vol. 2, h. 336.
[15] Al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 7, h. 363.
[19]Lihat
Al-Mizzy, Tahdzib Al-Kamal, hal.154/15, Abu hatim al-Razy, Jarh wa
Ta'dil, hal. 116/5, Ibnu Hajar al-'Asqolany, Al-Ishobah Fi Tamyiz
Al-Shohabah, (Dar al-Jail : Bairut) cet. Pertama, hal. 152/4.
[21] Jalal al-Din al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi
fi Syarh Taqrib al-Nawawi, (Beirut: Darul Fikr, 2006), h. 377.
[23] Pendapat serupa juga muncul dari Ahmad bin
Hamnbal, Ibnu Rahawayh, dan Abu Tsaur. Lihat al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, vol.
20, h. 266.
[24] Al-‘Asqalaniy, Lisan al-Mizan,
(Beirut: Muassasah al-A’lami lil Mathbû’at, 1986), vol. 7, h. 198.
[25] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. vol. 4, h. 518. lihat juga: al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 3, h. 145.
[26] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. 8, h. 71; lihat juga Al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 4, h. 176.
[27] Mudallis
tingkat 2 (dua), Para Muhaddis menganggapnya tidak masalah dan hadisnya tetap
bias dipakai sebagai hujjah karena yang masuk dalam kategori ke dua ini adalah
para imam dalam bidang Hadis yang
tidak mungkin sembarangan melakukan tadlis.
Di samping itu kelompok ke dua ini jarang sekali melakukan tadlis dan jika ber-tadlis hanya dari rawi-rawi yang tsiqah saja. Lihat: Ibnu Hajar
al-‘Asqalani, Ta’rîf Ahl al-Taqdîs Bi
Marâtib al-Mawshûfîn Bi al-Tadlîs, tahqîq: ‘Âshim bin Abdullah, (Suriah: Dar
al-Rasyid, 1986), h. 13 dan 254. Lihat juga: Abdullah bin Muhammad al-Anshari, Thabaqât al-Mudallisîn bi Ashbihân wa
al-Wâridîna ‘alayhâ, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992), vol. 2, h. 336.
[28] Al-Mizzi, Tahdzîb
al-Kamâl …, vol. 8, h. 73.
[29] Al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 2, h. 378.
[30] Al-‘Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, vol. 18, h. 243-245.
[31] Yûsuf bin al-Zaki Abdurrahman Abu al-Hajjaj
al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, (Beirut; Muassasah al-Risalah, 1980), vol.
21, hlm. 110. Lihat juga, al-Khathîb al-Baghdâdi, Târîkh Baghdâd,
(Beirut; Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt), vol. 13, hlm. 386.
[32] Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, vol. 21,
hlm. 110. Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut, Daru
al-KUtub, 1989), vol. 12, hlm. 43.
[35] Al-'Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, (Beirut;
Darul Kutub, 1989), vol. 2, hlm. 231., Tahdzib al-Tahdzib, vol. 10, hlm.
119.
[36] Abdurrahman bin Abi Hatim al-Razi, al-Jarh wa
al-Ta'dil, (Beirut; Dar Iya al-Turats al-'Arabi, 1952), vol. 9, hlm. 345.
[37] Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, vol. 19,
hlm. 214. Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut, Daru
al-Kutub, 1989), vol. 19, hlm. 110.
[39] Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, vol. 10,
hlm. 346. Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut, Daru
al-KUtub, 1989), vol. ,6 hlm. 251.
[40] Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, vol. 10,
hlm. 347. Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut, Daru
al-KUtub, 1989), vol. ,6 hlm. 252.
[42] Ibn Abi Hatim al-Razi, al-Jarh wa
al-Ta'dil, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1991), vol. 3, hlm. 239.
[47] Al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, vol. 12,
hlm. 36. Lihat juga al-'Asqalani, Tahdzîb al-Tahdzîb, (Beirut, Daru
al-KUtub, 1989), vol. ,4 hlm. 21.
[49] Ahmad bin
Hanbal al-Syaibani, Musnad al-Imam Ahmad, (Kairo: Muassasah Qurthubah,
2005), juz II, h. 405
[50] Abu
Abdillah al-Qudha'I, Musnad al-Syihab, (Beirut: Muassasah al-Risalah,
1986), juz I, h. 380
Tidak ada komentar:
Posting Komentar